Ayah ratu renang Asia Tenggara Elvira Rosa Nasution ini
merasakan sudah tak ada lagi perhatian Badan Pengelola Gelora Bung Karno
(BPGBK). Bahkan ia menyebutnya kolam renang benar-benar sudah berubah
fungsi.
"Dulu, kegiatan olahraga lebih diprioritaskan pihak
pengelola GBK. Kini, semua hanya tinggal kenangan. Sudah seminggu, anak-anak
berlatih di air kotor berwarna hijau. Kasihan mereka jika terkena penyakit
kulit. Saya sudah melapor ke pihak pengelola tapi tak ada perbaikan dilakukan
terhadap pompa yang rusak," kata Raja Nasution.
Menurutnya, yang lebih parah lagi, kegiatan latihan renang
sering sekali terganggu. Ini semua akibat kebijakan pengelola yang hampir
setiap dua hari sekali menyewakan lahan untuk kegiatan yang tidak ada hubungan
dengan olahraga di areal kolam renang.
Raja hanya bisa menyampaikan keluhan. Dia berharap Menpora
Roy Suryo mendengar keluhannya. "Saya hanya bisa berharap pemerintah bisa
mengembalikan kenangan itu. Kegiatan olahraga menjadi prioritas utama sehingga
bisa lahir atlet renang berkualitas yang mampu membawa harum nama bangsa dan
negara," ujarnya.
Mantan pemain polo air ini telah mengabdikan hidupnya untuk
membina perenang. Bukan hanya empat anaknya dijadikan perenang nasional tetapi
lewat tangan "dingin" nya banyak lahir perenang nasional yang
berprestasi di SEA Games.
Di usia senja, Raja yang berada di kursi roda karena kakinya
diamputasi akibat penyakit diabetes tetap saja semangat melatih. Teriakan
kerasnya jelas terdengar saat memberikan instruksi.
"Saya itu tidak akan bisa lepas dari renang. Makanya,
saya akan terus mengabdi untuk membangun prestasi olahraga renang," kata
Raja yang didampingi anaknya Kevin dan Akbar Nasution menangani puluhan
perenang berbagai usia yang berlatih di klub Pari Sakti. (suaramerdeka.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar