Pembinaan dilakukan Pengcab Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Kota Medan dinilai masih kurang, akibatnya prestasi atlet olahraga renang di daerah ini terus merosot.
“Kondisi ini tidak akan terjadi kalau olahraga ini dikelola secara profesional dan bertanggungjawab,” kata Kepala Sekolah Ampibi Swimming Club (ASC) Kolam Renang Unimed, Ismal Sinaga, SPd kepada wartawan, di sekretariat ASC, Kolam Renang Universitas Negeri Medan (Unimed), Jalan Willem Iskandar Medan Estate.
Ismal mengeritisi pelaksanaan Pekan Olahraga Kota (Porkot) Medan khususnya dalam cabang renang yang telah dipertandingkan pada Minggu (16/10) di Kolam Renang Selayang Medan . Pasalnya, pelaksanaan pertandingan masih jauh dari standar nasional, sehingga sulit mengharapkan dari even ini akan lahir bibit-bibit potensial.
Menurutnya, pelaksanaan pekan olahraga Kota Medan itu kurang koordinasi antara Pencab PRSI Medan dengan pengurus kecamatan dan klub renang, mengakibatkan hasilnya kegiatan itu tidak sesuai harapan.
“Pelaksanaan pertandingan cabang olahraga renang di Porkot masih belum sesuai standar nasional. Contohnya, setiap satu lintasan yang semestinya ada tiga timer, ternyata hanya tersedia satu timer. Ini jauh dari standar nasional,” ujar Ismal.
Pelaksanaan pertandingan yang hanya menggunakan satu timer setiap lintasan, kata Ismal, sangat merugikan atlet. Sebab, jika timer bermasalah atau tiba-tiba rusak, tidak ada lagi acuan bagi petugas stopwatch untuk menentukan siapa yang tercepat.
“Bisa jadi pencatat stopwatch hanya menerka-nerka waktu yang dicapai atlet, sehingga sangat merugikan para atlet,” ucap Ismal.
Menurut Ismal, dia telah memprotes penggunaan satu timer dalam setiap lintasan itu kepada Ketua PRSI Kota Medan Zulfan Nasution, dan diperoleh jawaban hal itu dilakukan karena terbatasnya dana dari KONI Medan.
Keanehan lainnya, ungkap Ismal, dalam pertandingan cabang renang juga tidak ada pembagian kelompok umur. Akibatnya, atlet-atlet yang masih belia dan berpostur lebih kecil, sudah kalah duluan sebelum bertanding dengan atlet-atlet lebih senior dan berpostur besar.
Ismal Sinaga juga menyoroti rekrutmen atlet yang dilakukan melalui klub-klub renang. Mestinya, kata Ismal, seleksi atlet dilakukan lewat KONI kecamatan, bukan oleh Pengcab PRSI melalui klub-klub. “Sebab, pemilihan atlet melalui klub-klub menimbulkan munculnya nepotisme dalam penentuan atlet,” kata alumni Unimed ini.
Program Sendiri
Melihat masih belum kondusifnya pembinaan renang di kota ini, Amphibi Swimming Club (ASC) yang didirikan 10 April 2010, kata Ismal, memiliki program pembinaan tersendiri. Sekira 500 siswanya saat ini, 20 orang siswa di antaranya terpilih sebagai siswa unggul untuk terus mengikuti program latihan di ASC.
“Sebanyak 20 siswa itu kini masuk dalam kelompok renang prestasi. Mereka siap diterjunkan dalam berbagai even olahraga daerah maupun nasional,” kata Ismal yang juga ditunjuk sebagai Ketua Pembinaan Pengcab PRSI Kota Medan periode 2011-2015 yang belum dilantik.
Selain itu, 500 siswa ASC juga secara rutin mengikuti kejuaran renang antarsiswa sendiri yang digelar setiap catur wulan (Cawu) I (empat bulan sekali) di Kolam Renang Unimed. Kompetisi digelar sesuai dengan kelompok umur yang ada di ASC.
“Kompetisi ini selain melatih mental bertanding siswa, juga kita jadikan sebagai evaluasi base time terbaik,” kata Ismal Sinaga.
Bahkan, pihaknya sudah membuat silabus berstandar nasional sebagai panduan untuk mendongkrak prestasi atlet renang Kota Medan guna mengembalikan kejayaan seperti yang pernah ditoreh di masa lampau. Program ini mendapat dukungan penuh dari Pembina ASC Kolam Renang Unimed, Kamil Chandra SE.
Ismal mengatakan, berdasarkan silabus tersebut diyakini atlet akan mampu bersaing di kejuaran nasional maupun internasional. Sebab pembinaannya sesuai standard rancangan program latihan berprestasi, mulai kolam renang, tenaga pengajarnya/ pelatih, sarana latihan fisiknya, dan buku yang bisa dipelajari para siswa di klub tersebut.
“Selain itu, setiap empat bulan sekali, kami akan menggelar event sebagai evaluasi kemampun atlet/siswa selama berlatih. Tentu dengan pembinaan secara professional seperti ini, besar harapan kita akan lahir atlet berprestasi,” ujarnya.
Dia berharap dalam pembinaan olahraga khususnya renang, ke depannya agar menjunjung tinggi nilai sportivitas olahraga dan fair play. Dengan demikian menurutnya PRSI Medan akan kembali bersinar dan disegani.
Menurutnya, untuk meningkatkan prestasi renang Medan , dibutuhkan kebersamaan dari klub dan Pengcab PRSI untuk memajukan olahraga renang ini sehingga kejayaan dapat diraih kembali. “Harusnya ada perubahan dilakukan Pengcab PRSI Kota Medan berupa penajaman program pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas atlet”, paparnya.
Ismal menegaskan PRSI harus memahami, peran perkumpulan (klub) itu sangat penting, sebagai ujung tombak pembinaan prestasi, tanpa hadirnya klub tidak mungkin suatu cabang olahraga dapat maju.(Berita Medan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar