“Stadion yang digunakan ini telah berstandar internasional sehingga FINA mempercayakan ajang SEA Games mendatang sekaligus menjadi Pra-Kualifikasi Olimpiade London,” ujar CEO Swiss Timing Asia, Henry Pung di Palembang.
Namun persiapan itu sedikitnya terganjal oleh masalah sistem teknologi informasi dan alat pencatat waktu dan skor di 11 cabang olahraga. Pada pertemuan di Hotel The Jayakarta Daira, Jumat (21/10), tidak ada kata sepakat antara perusahaan penyedia peralatan olahraga Swiss Timing dengan perusahaan pemenang tender TI yakni PT Maxxima dari Malaysia .
Mengatasi kebuntuan itu Panitia Pelaksana SEA Games Indonesia (Inasoc) meminta pihak Swiss Timing agar bisa berintegrasi dengan PT Maxxima, perusahaan pemenang tender TI yang menangani 11 cabor SEA Games. Upaya dilakukan setelah konfrontir yang digelar berakhir tanpa hasil.
Pihak Swiss Timing belum memberikan jawaban sementara Maxxima sejak awal memang siap melakukan integrasi dalam penanganan peralatan penghitung waktu berstandar Olimpiade Swiss Timing Omega yang terpasang pada tiga venue akuatik, atletik, menembak.
“Makanya kami upayakan dan mempertemukan mereka agar mau berintegrasi,” jelas Wakil Direktur Inasoc, Muddai Madang.
Hal serupa juga diungkapkan Deputi II Inasoc Mayjen Purnawirawan TNI, Djasri Marin, mereka berupaya keras mempertemukan dan mengintegrasi kedua perusahaan ini agar peralatan di dua venue yakni akuatik dan atletik bisa realtime.
Seperti diketahui, konfrontir antara pihak panpel di Sumsel dengan PT Maxxima dan Swiss Timing dilakukan untuk kejelasan apakah perusahaan afiliasi asal Malaysia itu mampu mengoperasikan sistem yang ada pada Swiss Timing.
Pertemuan dipimpin Deputi II Inasoc Pusat Djasli Marin. Hadir juga Sekum Pengprov PRSI Sumsel Johanes Indrajaya, Sekum Pengprov PASI Sumsel, Zulfaini M Rofi dan pimpinan PT Maxxima dan Swiss Timing.
Sayang, hasil dari pertemuan ini tidak menemukan hasil positif. Pihak Maxxima dan Swiss Timing melakukan aksi tutup mulut.
Sayang, hasil dari pertemuan ini tidak menemukan hasil positif. Pihak Maxxima dan Swiss Timing melakukan aksi tutup mulut.
Demikian pula dengan perwakilan dari akuatik Johanes Indrajaya dan perwakilan dari atletik Zulfaini M Rofi yang sehari sebelumnya menyatakan menolak Maxxima.
Terbaik di Asia
Sementara itu stadion akuatik layak mendapatkan kepercayaan sebagai tempat pelaksanaan pra-kualifikasi Olimpiade mendatang karena dinilai menjadi yang terbaik dari 45 negara di Asia .
“Jika tidak berstandar internasional, maka FINA tidak akan memberikan izin sebagai ajang pra-kualifikasi Olimpiade. Artinya, persyaratan untuk menggelar pertandingan internasional telah dipenuhi sehingga rekor yang tercipta juga akan diakui dunia,” kata dia lagi.
“Jika tidak berstandar internasional, maka FINA tidak akan memberikan izin sebagai ajang pra-kualifikasi Olimpiade. Artinya, persyaratan untuk menggelar pertandingan internasional telah dipenuhi sehingga rekor yang tercipta juga akan diakui dunia,” kata dia lagi.
“Konstruksi bangunan demikian megah, dan bisa terlihat hingga ke dasar kolam yang menjadi salah satu poin tertinggi. Selain itu, peralatan yang digunakan telah berstandar Olimpiade, seperti pencatat waktu dari Swiss Timing Omega, dan kolam berbahan stainless steel myrtha pool,”tambahnya.
“SEA Games XXVI nanti menjadi momentum yang sangat tepat bagi Sumsel untuk menunjukkan ke dunia internasional bahwa telah memiliki stadion akuatik layaknyadi Beijing , China ,” katanya.
“SEA Games XXVI nanti menjadi momentum yang sangat tepat bagi Sumsel untuk menunjukkan ke dunia internasional bahwa telah memiliki stadion akuatik layaknya
Konsultan pembangunan stadion akuatik Lukman Niode mengatakan, stadion itu tinggal memasang bulkhead (alat pengubah ukuran kolam dari 50 meter menjadi 25 meter, Red) dan peralatan elektronik. (antara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar