Perenang profesional menunjukkan peradangan paru-paru mirip dengan pasien asma dan menunjukkan peningkatan sensitivitas terhadap alergen seperti bulu hewan peliharaan. Para peneliti percaya paparan klorin jangka panjang dapat menyebabkan perubahan paru-paru.
Perenang yang berlatih di dalam kolam renang yang diklorinasi mungkin memiliki perubahan paru-paru yang mirip dengan yang terlihat pada orang dengan asma ringan. Hal tersebut merupakan sebuah hasil studi baru.
Peneliti dari Perancis dan Kanada telah membandingkan uji jaringan paru-paru dan pernapasan dari 23 perenang Kanada, yang rata-rata berusia 21 tahun. Pengambilan sampel jaringan dan uji dilakukan selama musim ketika perenang tidak sedang berlomba.
Tim yang dipimpin oleh Valerie Bougault di Lille 2 University of Health and Law di Perancis menemukan bahwa, jaringan sampel yang diambil dari paru perenang terdapat sel kekebalan yang terkait dengan asma dan alergi sebagai jaringan paru-paru dari subyek sehat. Jumlah tersebut mirip dengan yang ditemukan dalam kelompok dengan asma ringan.
Perenang dan penderita asma juga menunjukkan bukti jaringan parut di paru-paru. Sedangkan dalam kelompok yang terdiri dari orang yang bukan perenang yang sehat tidak menunjukkan adanya jaringan parut.
"Studi ini adalah yang pertama untuk menunjukkan bukti langsung kerusakan jalan napas berhubungan dengan berenang di kolam yang diklorinasi," kata Alfred Bernard, seorang ahli toksikologi di Catholic University of Louvain in Brussels , Belgia.
"Perubahan yang terjadi di paru-paru perenang belum jelas," kata Dr. Sally Wenzel, seorang pulmonologist di University of Pittsburgh , Reuters Health seperti dilansir dari HealthNews, Senin (16/1).
Peradangan jaringan paru-paru tidak dikaitkan dengan gejala asma yang sebenarnya, seperti batuk dan mengi, atau kesulitan bernapas selama tes medis yang digunakan untuk menentukan fungsi paru-paru. Namun, penelitian sebelumnya telah menghubungkan paparan bahan kimia kolam renang untuk untuk perenang yang memiliki alergi pernapasan dan asma.
Sementara bertindak sebagai disinfektan, klorin bereaksi dengan berbagai bahan kimia dari keringat, urin, dan rambut. Proses tersebut akan membentuk produk sampingan klorin, beberapa produk tersebut berbahaya bagi kesehatan manusia.
"Produk sampingan tersebut sangat stabil dan dapat melewati air dan berpindah ke udara," kata Ernest Blatchley, seorang insinyur lingkungan dari Purdue University in West Lafayette , Indiana .
Perenang profesional kemungkinan menghirup sejumlah besar produk sampingan klorin ketika berenang di kolam renang. Paparan senyawa klorin dalam kolam renang indoor dapat membuat perenang lebih sensitif terhadap alergen seperti bulu hewan peliharaan, serbuk sari, dan debu.
"Memang, sekitar 50-65 persen dari perenang profesional adalah peka terhadap alergen yang umum, dibandingkan dengan 29-36 persen orang dari populasi umum. Sementara paparan alergen dapat menyebabkan perubahan pada jaringan paru-paru, kami juga menemukan perubahan dalam jaringan paru-paru perenang non alergi. Sejumlah 18 dari 23 perenang setidaknya memiliki salah satu alergi. Hal ini menunjukkan bahwa paparan produk sampingan klorin sendiri mungkin menyebabkan kerusakan jaringan," kata para peneliti.
"Sementara dampak dari paparan produk samping klorin pada paru-paru masih belum jelas, kemungkinan manfaat dari latihan lebih besar daripada potensi risiko yang ditimbulkan dengan berenang di kolam diklorinasi, pada mereka dengan atau tanpa asma. Namun, ada tindakan pencegahan tertentu yang dapat mengambil semua perenang di kolam renang untuk membatasi paparan bahan kimia berbahaya. Sebaiknya menghindari kolam renang dengan bau kaporit yang kuat di udara. Hal tersebut dapat merupakan tanda bahan kimia di kolam renang dikelola dengan buruk," kata para peneliti.
Hasil penelitian tersebut telah diterbitkan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology
Tidak ada komentar:
Posting Komentar