LONDON, AKUATIK INDONESIA - Para atlet Muslim yang
berpartisipasi pada hajatan Olimpiade 2012 di London, Inggris, menghadapi
dilema dan tantangan besar, yakni bertanding ketika menjalani kewajiban untuk
berpuasa.
Pelari maraton Yordania, Methkal Abu Drais, mempersiapkan
diri untuk bertanding di kompetisi terbesar sepanjang hidupnya, yakni
Olimpiade. Tetapi, ia harus melakukan hal itu di bulan Ramadan, bulan puasa
bagi umat Muslim.
"Setelah saya tiba di London , saya mencoba untuk berlatih. Namun,
saya menyadari itu sangat, sangat sulit, sebab saya ambil bagian dalam lomba
lari yang membutuhkan banyak energi," ucapnya kepada AFP.
Ini adalah dilema yang dihadapi sekitar 3.500 atlet Muslim
di London 2012. Perhelatan olahraga terakbar sedunia ini bertepatan dengan
bulan Ramadhan. Pada bulan itu, umat Muslim menjalani ibadah puasa, yakni tidak
makan, minum, dan melakukan hubungan seksual sejak subuh hingga matahari
terbenam.
Banyak negara Islam yang memberi atlet-atlet mereka
dispensasi khusus untuk menunda puasa selama Olimpiade. Hal ini untuk membantu
mereka menjaga stamina, kekuatan selama bertanding.
Namun banyak atlet yang tetap menegaskan komitmen mereka
tetap berpuasa.
Tim sepak bola putra Maroko, misalnya, telah berikrar tetap
berpuasa selama Olimpiade, meski pelatih mereka, Pim Verbeek, dari Belanda,
meminta mereka menangguhkan puasa Ramadhan.
"Kami harus berpuasa karena ini adalah kewajiban, dan
saya pikir Tuhan akan membantu kami pada hari-hari pertandingan," kata
kiper Maroko, Yassine Bounou.
"Kami terbiasa bermain saat Ramadhan, dan itu tidak
akan memberi dampak negatif pada kami."
Pada cabang olahraga judo, pejudo Uni Emirat Arab, Hamid
Alderei, mengatakan, ia hanya berlatih setelah berbuka puasa.
Sementara itu, anggota tim judo Niger , Zakari Gourouza, adalah
satu-satunya anggota tim yang tidak berpuasa Ramadhan. "Lima (pejudo) yang lain akan berpuasa karena
mereka berada di sini hanya untuk berpartisipasi. Mereka tidak berniat
memenangi medali, dan berpuasa merupakan prioritas bagi kami," papar
pedayung Niger ,
Hamadou Djibo Issaka.
Pelatih tinju Maroko, Abdel Hag Achic, mengatakan, ia sempat
kesulitan untuk membujuk atletnya untuk tidak berpuasa.
"Kami tidak ingin terlihat seperti diktator. Kami
memberi mereka dua atau tiga hari untuk mencoba berlatih sambil berpuasa. Namun
setelah itu, mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat melakukannya, sehingga
mereka menerima keputusan itu," ucapnya.
"Tinju sangat berat, dan kami perlu berlatih dua kali
sehari. Ini dapat dilakukan para atlet (sambil berpuasa). Mereka kehilangan
banyak energi, sehingga mereka harus makan agar memiliki persiapan yang bagus
untuk kompetisi. Kami berbicara ke semua atlet dan kami mengatakan kepada
mereka, bahwa mereka perlu makan agar dapat berkompetisi," sambungnya.
"Setelah melakukan pembicaraan dengan mereka selama
tiga, mereka memutuskan tidak berpuasa. Sulit bagi mereka untuk menerima
keputusan ini, sebab mereka merupakan Muslim, namun tidak ada solusi lain jika
mereka ingin bersaing merebut medali."
Menurut ketentuan Al-Quran, umat Islam dapat terhindar dari
kewajiban berpuasa jika mereka sakit atau sedang bepergian, sehingga para atlet
yang mengunjungi London
dapat menunda ritual mereka tanpa harus merasa bersalah.
Sejumlah kontingen melakukan konsultasi sebelum pergi ke London ; sebagian negara
bahkan mencoba mengganti jadwal pelaksanaan Ramadhan agar tidak bentrok dengan
Olimpiade.
"Kontingen telah bertemu dengan mufti sebelum menuju London . Ia berkata bahwa
mereka sedang melakukan perjalanan, dan Tuhan akan memfasilitasi segalanya
untuk Anda," ucap pemimpin kontingen Mesir, Aladdin Jabar.
"Ia memberi mereka izin untuk makan. Dan sekarang
semuanya terserah pada para atlet."
Hassan Rifaat, koordinator umum Uni Emirat Arab, mengatakan,
setiap anggota tim diberi kesempatan untuk menentukan apakah mereka akan
berpuasa atau tidak.
"Ada
beberapa atlet yang berpuasa, dan sebagian lainnya memutuskan tidak berpuasa.
Tidak ada instruksi resmi dari Komite Olimpiade Emirat tentang hal itu,"
ucapnya.
"Semua atlet melakukan apa yang nyaman dengannya. Itu
tergantung kondisi mereka."
Atlet layar pertama Mesir, Ahmed Habash, menuturkan
permasalahan puasa bagi dirinya adalah karena di negaranya, Matahari
terbenam pada pukul 7 malam.
"Sementara di Inggris, Matahari terbenam pada pukul 9
malam. Sepanjang lomba, saya tidak akan berpuasa," ucapnya.
"Panitia Olimpiade tahu ini adalah bulan Ramadhan, dan
mereka mempersiapkan segalanya untuk itu. Mereka bahkan menyediakan makanan
halal," kata Habash (KOMPAS.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar