Prestasi Indonesia di dunia olahraga sudah merosot tajam. Cabang olahraga yang dulu pernah menjadi "ladang emas", kini sudah kritis dan nyaris tak bisa dibanggakan lagi. Hal tersebut mengundang keprihatinan, sehingga perlu upaya keras untuk bisa membangkitkannya kembali.
Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu perhatian dari semua pihak, bukan cuma pemerintah. Pihak swasta dan masyarakat diharapkan bisa memberikan kontribusi, sehingga keharuman Indonesia di arena olahraga bisa semerbak lagi.
"Bangkitnya kembali prestasi olahraga Indonesia merupakan tanggungjawab semua pihak, baik itu pemerintah, swasta, dan masyarakat Indonesia sendiri, serta adanya pembinaan yang berkesinambungan, mulai sejak dini untuk menciptakan atlet-atlet baru," ujar mantan petinju nasional, Johni Asadoma, dalam diskusi olahraga di Jakarta (25/10/11).
"Semua pihak harus menyadari keterbatasan anggaran yang dimiliki pemerintah. Untuk itu perlu peran swasta yang bisa menjadi bapak angkat untuk cabang-cabang olahraga, yang mampu melengkapi sarana dan prasarana, serta fasilitas lainnya," lanjut Johni.
Selain itu, dia menambahkan bahwa atlet juga harus fokus latihan yang sudah diberikan. Pasalnya, dibutuhkan totalitas dari atlet untuk dapat meraih dan mempertahankan prestasi terbaiknya, serta pembinaan karakter yang kuat, sehingga bisa tetap konsisten dalam memasuki usia pensiunya sebagai atlet.
Pernyataan Johni ini merujuk pada fakta yang ada. Dulu, olahraga di Indonesia telah banyak mengharumkan nama bangsa, baik di dalam maupun luar negeri. Kepiawaian atlet berlaga telah membawa Indonesia memenangkan berbagai penghargaan bertaraf dunia, mulai dari kejuaraan regional seperti SEA Games hingga kejuaraan dunia, seperti Olimpiade. Masyarakat Indonesia pun patut berbangga akan hasil jerih payah atlet.
Saat ini, Indonesia masih memiliki atlet-atlet andalan, seperti Christopher Rungkat (tenis), Chris John (tinju), Jauhari Johan (atletik), yang tentu saja menjadi kebanggaan. Tetapi , Indonesia tidak boleh lengah. Regenerasi harus perlu dijalankan karena masa karier atlet yang singkat tidak sesuai dengan pembinaan bibit atau calon atlet yang andal.
Euforia masyarakat Indonesia akan olahraga begitu besar, bisa dilihat pada saat tim nasional sepak bola Indonesia bertanding di Kejuaraan Sepak Bola AFF 2010. Masyarakat Indonesia bersatu padu mendukung timnas. Dimana-mana kita dapat merasakan antusiasme akan olahraga di Indonesia.
Namun belakangan ini, prestasi olahraga di Indonesia mengalami kemunduran. Hal ini tidak terjadi di satu cabang olahraga, tetapi beberapa cabang seperti bulu tangkis, sepak bola, dan beberapa lagi. Bulu tangkis dan sepak bola menjadi dua dari sekian banyak cabor di Indonesia yang menjadi favorit masyarakat Indonesia .
Peristiwa yang masih hangat sebagai salah satu bukti kemunduran prestasi bulu tangkis adalah pada Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2011 yang berlangsung di Wembley, London . Indonesia tidak berhasil meraih satu gelar pun pada kejuaraan tersebut.
Pada Kejuaraan Sepak Bola Piala AFF, Indonesia belum pernah meraih gelar juara. Tim Merah-putih hanya berpuas diri menjadi empat kali runner-up pada tahun 2000, 2002, 2004, dan 2010. Jika prestasi olahraga di Indonesia mengalami penurunan, bagaimana dengan antusiasme masyarakat?
Dalam kesempatan yang sama, Rosiana Tendean mengatakan: "Pemerintah harus segera turun tangan, perlu perhatian yang sangat serius, pembinaan atlet sejak dini, membangun karakter atlet yang selalu haus akan prestasi, tetapi tetap tidak lupa untuk belajar mempersiapkan diri memasuki masa pensiunnya."
"Peran swasta juga sangat diharapkan untuk bisa menampung mantan atlet berprestasi, bisa dengan diterima sebagai pegawai, atau dengan program pembinaan usaha kecil," tambah Rosi.
Melihat situasi dan kondisi saat ini, Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI) turut prihatin. YOI merasa perlu ikut berpartisipasi membangun olahraga di Indonesia karena YOI sadar bahwa diperlukan kesadaran pribadi untuk bergerak dan menggerakkan demi Indonesia Juara.
Untuk itu, YOI memfokuskan program kerjanya di beberapa area penting dalam kebangkitan olahraga di Indonesia , yaitu regenerasi, sarana atau fasilitas, atlet berprestasi dan mantan atlet berprestasi namun hidupnya memprihatinkan.
Terkait masalah ini, Rosi mengatakan: "YOI sebaiknya fokus ke program bantuan untuk mantan atlet yang hidupnya memprihatinkan, dengan memberikan pembinaan mental usaha, supaya mantan atlet bisa mandiri, tidak perlu sibuk mencari pekerjaan di masa pensiunnya, tetapi sebaliknya, harus bisa juga menciptakan lapangan kerja, dengan mulai berwiraswasta."
YOI telah menunjukkan kepeduliannya terhadap olahraga di Indonesia . Untuk para mantan atlet yang berprestasi namun memiliki kondisi ekonomi yang memprihatinkan, YOI berusaha untuk memberikan bantuan yang bermanfaat. Untuk program-program selanjutnya, YOI sedang mencanangkan beberapa agenda, semuanya ini dilakukan dengan satu tujuan, yaitu Indonesia Juara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar